Danang Maulana Part 6
Kejadian kemarin sore masih berdengung - dengung di kepalaku. Bayangan tentang kedua orangtuaku, Dini, dan kata - kata yang keluar dari mulut Ibu seolah sedang menghantuiku pagi ini. Sepertinya semalaman ini aku tidak bisa tertidur dengan nyenyak, karena beberapa kali mataku terbuka lebar untuk memastikan pukul berapakah itu. Sekali - kali kulongokkan kepalaku ke arah paviliun Danang, hanya untuk memastikan apakah dia sudah datang atau belum. Namun lampu depan paviliun itu tetap padam seperti sedang tak berpenghuni. Kemana Danang? Aku terus bertanya - tanya sendiri, sementara nomornya tak bisa kuhubungi sama sekali. Tenggorokanku kering kerontang, kuangkat tubuhku untuk mengambil gelas dan air putih yang selalu tersedia disebelah tempat tidurku. Badanku rasanya sakit sekali, entah karena salah posisi tidur atau karena telalu banyak angin yang masuk ke dalam pori - pori kulitku, aku baru sadar… semalaman jendela kamarku terbuka bebas. Dalam keadaan lemas kuteguk air puti...